Media publikasi tulisan-tulisan unik, menarik dan menginspirasi

Dek Piruih


Pagi itu, dalam perjalanan pulang setelah melihat sekolah yang diterjang galodo, di simpang di depan Lapau Celong, Tacik mencium harum aroma kopi. Aroma itu menariknya untuk singgah ke Lapau Celong.
Maka Tacik lantas masuk saja ke Lapau itu, ia mencari tempat kosong dan minta dibuatkan sekerat kopi panas, serta minta dibawakan sebungkus rokok Panama Putih dan sebungkus Kacang Mak Da. Lalu Celong datang membawakan pesanan itu.
Setelah minum dua daguik kopi, selagi Tacik asyik menggatu kacang, tiba-tiba terdengar suara orang berkata, “Nakan, kita duduk bersama ya?”, dan tanpa menunggu jawaban Tacik, orang itu lantas duduk di sebelahnya, menyusul ada dua orang berduduk pula di samping.
Setelah menoleh ke sumber suara, Tacik kaget, ternyata yang datang Mayua Walinagari beserta dua anak buahnya. Ketiga orang itu tanpa permisi langsung saja meminum kopi Tacik, menyisil kacang, dan masing-masing mencomot rokok Panama Putih-nya, lalu mengobrol tanpa mengubris Tacik lagi.
Tacik marah. Tetapi tidak berani. Hanya mampu bercarut-carut pungkang di dalam hati, batinnya, nyiak wali kalera. Kopi dan Panama saya-pun disantung.”
Terdengar seorang dari anak buah Mayua berkata membuka ota. Namanya Pian, menjabat sebagai Kepala Keamanan Nagari. Katanya, ''bos, dengar-dengar nagari sebelah diserang wabah. Karena wabah itu pasti orang-orang takut berkunjung kesana. Bagaimana jika kita tarik mereka untuk berkunjung ke nagari kita. Pasti banyak pitih masuk. Hehehe.''
Mayua mangut-mangut. Lalu tersenyum.
Maka anak buah kedua Mayua menyahuti. Jabatannya Kepala Kesehatan Nagari, yang bernama Topik. Ucapnya, "untuk menarik orang agar datang ke nagari kita, maka kita butuh propaganda untuk mengesankan bahwa nagari kita bebas wabah." Dia hentikan bicaranya, lalu mendekatkan kepalanya ke telinga Mayua, dengan serius, dia berbisik, "untuk itu kita butuh tukang hoax di media sosial."
Kembali Mayua manggut-manggut sembari tersenyum.
Tacik heran dengan rencana itu. Dia khawatir orang yang berkunjung ada yang terjangkit wabah kemudian menularkan ke warga nagari. Satu orang terpapar bisa menularkan ke ratusan orang. Ratusan yang kena dapat menyebabkan ribuan yang terjangkit. Ribuan itu bisa berbuah jutaan orang.
Karena ngeri membayangkannya, Tacik tidak tahan lagi. Maka dia angkat bicara. “Tapi Nyiak Wali, apakah Inyiak tidak takut jika anak nagari tertular wabah dari para pelancong itu?,"
“Hehehehe," Mayua dan dua anak buahnya tertawa meremehkan pertanyaan Tacik.
"Tenang nakan," balas Mayua serius, "warga kita tahan terhadap paparan wabah itu. Karena mereka sering makan air nasi. Minuman itu menguatkan imun. Hehehe. Wabah lewat. Hehehe."
"Betul itu," tutur Pian, "selain itu, warga kita memiliki daya tahan tubuh yang kuat karena sering makan Silambiak (lontong) Hehehe."
"Hehehe. Wabah tidak akan masuk ke nagari kita. Karena perizinannya rumit. Hehe. Jikapun masuk wabah itu tidak akan mampu menjangkiti warga kita, karena kita sering minum te talua (teh telor)," timpal Topik juga tidak mau ketinggalan mendukung majikannya.
Tacik hanya melongo mendengar para aparat nagari yang meremehkan wabah itu. Dengan kecewa, dia arahkan pandangan ke labuah, lalu melirik ke tiga orang itu. Setelah itu dilihatnya meja. Tacik kaget. Ternyata kopi dan kacangnya sudah tandas, sementara rokok Panama Putih hanya tinggal separo.
Pada saat itu, kembali terdengar Mayua berkata lagi, "oke. Saya setuju usul kalian berdua. Langkah selanjutnya adalah kita beri diskon tiket pesawat. Disaat yang sama kita sewa tukang hoax untuk memviralkan bahwa nagari kita bebas wabah. Pasti orang-orang akan berbondong-bondong mengunjungi nagari kita. Di saat itulah pitih masuk baunggun. Hehehe."
"Siap!," jawab Pian dan Topik serempak.
Lalu ketiga orang itu tertawa bersamaan, "Hehehehe."
Tacik makin mendongkol melihat ulah para pejabat ini. Diotak mereka hanya uang dan uang. Mengelola nagari seperti manggaleh, yang dicari hanya keuntungan saja. Bukan keselamatan seluruh warga.
Lantas Tacik berkata lagi, “tapi Nyiak, seandainya kedatangan orang luar ini membuat warga terjangkit wabah bagaimana?.”
“kita tanggulangi,” jawab Mayua singkat.
“jika virusnya menyebar luas dan menjangkiti separuh warga?.
“ya... kita kerja... kerja... kerja.”
“apabila banyak yang mati?.”
“ya beranak lagi yang banyak. Hehehe.” Pungkas Mayua sembari tertawa. Dua anak buahnya juga ikut tertawa, “hehehe.” Gelak tawa tiga orang itu memenuhi seantaro lapau.
Setelah puas tertawa, dan sudah tandas kopi dan rokok Tacik, Mayua dan dua pembantunya, Pian dan Topik, berkirap lindap dari hadapan Tacik.
Tacik hanya melongo. Terkucak hatinya. Banyak anggaran nagari habis untuk pemilihan, tetapi hanya menghasilkan pemimpin andia, sembrono dan tidak bertanggung jawab.
Karena yang akan diminum dan digatu telah tandas oleh Mayua, membuat Tacik termenung. Dalam menung itu berjalaranlah pikirannya kian kemari. Dia terbayang wabah mematikan yang akan mengancam anak nagari, terngiang mayat-mayat bergelimpangan, tetapi yang paling dia sesali adalah kelakuan pemimpin nagari-nya.
Seorang pemimpin harus bersikap serius jika melihat wabah mematikan yang akan mengancam nagarinya. Harus membuat antisipasi untuk menghindari akan banyaknya korban karena ancaman itu. Sebab pemimpin adalah orang yang bertanggung jawab mengurusi warganya, pemimpin harus mampu melindungi segenap dan seluruh tumpah darah warganya.
Pemimpin itu layaknya pengembala. Seorang pengembala bertanggung jawab atas apa yang digembalakannya. Begitupun seorang pemimpin, juga bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya.
Tetapi setelah menyaksikan sendiri seperti apa pemimpin nagarinya, yang jauh dari kriteria ideal seorang leader, tidak bertakah, membuat Tacik ngeri. Tidak berani dia membayangkan bagaimana wabah itu akan membunuhi setiap anak nagari. Bahkan termasuk dirinya sendiri.
Matahari semakin meninggi, sinarnya menjilati setiap sudut Lapau Celong. Setelah membayar semua lanjanya, Tacik lalu pulang ke rumahnya di atas lapau itu.

Karya : Rozi Firdaus

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Definition List

Unordered List

Support