Dalam cerita
Wayang Mahabarata, Sengkuni adalah
Mahapatih sekaligus merangkap penasehat Raja di Kerajaan Astina yang dikuasai
keluarga Kurawa. Patih Sengkuni terkenal dengan prinsip hidupnya yang ekstrem
“biarlah orang lain menderita yang penting hidupnya bahagia” Dengan prinsip
hidup seperti itulah Sengkuni menjalani karirnya yang munafik, licin, licik,
culas, hasut, penuh tipu muslihat.
Sengkuni
mempunyai perfomance yang sangat mempesona, pintar dan berpendidikan tinggi
sehingga sangat lihai mengumpulkan masa. Dia mempunyai beragam ilmu mulai dari
ilmu supaya mendapat simpati yaitu Pamanih, Pakasiah, dan juga ilmu kebal
seperti Ilmu Basipakak, dan Basibanak.
Tokoh
Sengkuni dengan Ilmu Pamanih dan Pakasiahnya serta ilmu kebalnya adalah model
atau gambaran kemunafikan, keserakahan, arogansi, dan keangkaramurkaan. Sejak
zaman dahulu kala sampai saat ini manusia-manusia berkarakter Sengkuni akan
selalu ada dilingkaran penguasa. Anas
Urbaningrum dan Amien Rais pernah mengatakan bahwa ada Sengkuni dilingkaran
kekuasaan.
Dalam sebuah
cerita rakyat pada abad ke 14 yang melegenda mengenai keberadaan Batu Berantai
atau Batu Rantai, gugusan karang yang berada di perairan antara Pulau Belakang
Padang dan Pulau Sambu, Kepulauan Riau, keberadaan Sengkuni juga terlihat
jelas. Andai Sengkuni itu tidak ada maka seorang Budak yang bernama Kabil tidak
akan ditenggelamkan hidup-hidup oleh Maharaja Tumasik. Padahal Kabil telah
memberikan saran kepada Maharaja dan sarannya itu lah yang menyelamatkan Negeri
Tumasik.
*
Suatu waktu
dahulu kala, Negeri Tumasik (Singapura) mendapatkan musibah. Secara tak terduga,
ratusan ribu ikan todak (swordfish) datang menyerang masyarakat.
Tidak hanya
mereka yang tinggal di pantai, warga yang tinggal di daerah pedalaman pun tak
luput dari serangan ikan berparuh panjang yang runcing lagi tajam itu. Banyak
rakyat yang menjadi korban keganasan ikan todak.
Mendapati
keganasan ikan todak, Paduka Seri Maharaja lantas memerintahkan agar rakyat
berpagar betis untuk menghadapi serangan ikan todak. Namun, usaha itu pun tidak
membuahkan hasil. Ikan-ikan todak terus mengamuk dan meningkatkan serangan
hingga kian banyak rakyat yang menjadi korban.
Dalam
keadaan bingung dan resah, seorang anak lelaki kecil datang menghadap Paduka
Seri Maharaja dan dengan lantang berujar, "Ampun Baginda Raja, sia-sia
saja rakyat Paduka minta berpagar betis. Semua itu tidak akan dapat
menghentikan serangan ikan-ikan todak. Sebaliknya, rakyat akan semakin banyak
menjadi korban.
Paduka Seri
Maharaja amat murka mendengar ucapan si anak lelaki bernama Kabil tersebut.
"Engkau pikir siapa engkau ini, hei budak, hingga berani-beraninya engkau
memberikan nasihat kepadaku?"
Lantas anak
kecil itu menjawab, "Hamba ini seorang budak (anak) yang seharian mencari
ikan, Baginda Raja. Hamba sangat mengenal perilaku ikan todak itu. Serangan
ikan todak tidak akan dapat dihentikan dengan betis manusia. Hanya dengan
batang-batang pisang saja ikan-ikan todak itu dapat dilumpuhkan."
Meski
sebenarnya sangat jengkel dengan keberadaan Kabil, akhirnya Paduka Seri Maharaja
menuruti saran bocah itu. Ia tidak mempunyai pilihan Iain. Ia lantas
memerintahkan pemagaran daerah Tumasik dengan batang-batang pisang.
Segenap
rakyat bersatu-padu memagar dengan batang pohon pisang hingga di pelosok Negeri
Tumasik. Banyak ikan todak yang tersangkut di batang pisang, sehingga serangan
terhenti.
Kendati
menjadi penyelamat Negeri Tumasik, bocah lelaki nan bijak itu kemudian
ditenggelamkan di lokasi Batu Berantai. Ini lantaran ulah penasihat Baginda
Raja yang menghasut bahwa anak tersebut setelah besar nanti dengan
kepandaiannya dianggap akan membahayakan kekuasaan raja.
Oleh ; Kamaruddin
0 komentar:
Posting Komentar