Media publikasi tulisan-tulisan unik, menarik dan menginspirasi

Ahli Perbaruak-an (bagian 1)


Di atas tapian bandaro dekat durian tampuak basi Waek Niban, di tepi jalan raya, tampak seorang pria paruh baya, bertelanjang dada, hanya memakai kain sarung sebagai ganti celana, sedang melatih baruak memetik kelapa. Rambutnya sebagian besar sudah memutih dengan potongan cepak seperti tentara.
Tangan kirinya menggenggam palacuik yang terbuat dari lidi berpilin tiga, sementara tangan kanan mencekal tali baruak. Dimulutnya terselip sebatang rokok anau. Rokok itu kadang dihisap, dilain saat dikunyah. Ketika membentak baruak, rokok itu digigit. Beliau Nyik Inu, seorang pengusaha yang bergerak dibidang jasa memetik kelapa.
‘’baruak andia. Lah duo bulan den aja. Dak bisa juo mamiyuah karambia!,’’ bentak Nyik Inu sambil mencambuk si baruak, karena baruak yang diajar sejak tadi hanya memegang kelapa tanpa berusaha memilinnya. Dibentak demikian, baruak itu merespon dengan mencibir Nyik Inu. Melihat cibiran itu, emosi beliau memuncak.
‘’baruak kalera,’’ hardiknya, lalu menyentakkan tali kekang baruak. Karena sentakkan itu membuat baruak jatuh dan terbanting ke tanah. Kembali baruak dihadiahi dua cambukkan dibadannya. Dengan gusar Nyik Inu kemudian memautkan baruak di kandangnya.
Kandang itu seperti kandang ayam yang dionggokkan diatas sebatang kayu setinggi dua meter. Tetapi ukurannya lebih kecil, juga tidak berpintu.
Setelah itu, dengan langkah besar beliau berjalan menuju rumah, lalu duduk di pintunya. Rumah itu tidak jauh dari kandang baruakk. Tepatnya, kandang baruak berada di halaman rumah Nyik Inu. Rumah beliau tipe rumah panggung dari kayu berukuran 4 kali 8 meter.
Nyik Inu masih kesal pada sang baruak, dan terus memakinya. ‘’baruak ongok. Dalam saminggu ko dak pandai juo ang maambiak karambia, den anduah ang ka Mak Saidan!’’ ancamnya kepada baruak. Setelah itu dihisap rokok anau sampai terpuntung dan menghembuskan asapnya, kemudian membuang puntungnya ke tabek Sianduk. Selanjutnya beliau buka ikatan tali baruak, dan menyeretnya kembali ke tempat latihan memetik kelapa.
Tempat latihan baruak itu berada di batang kelapa. Bentuknya seperti kayu yang pakukan sepanjang 1 meter secara horizontal di pertengahan batang kelapa, pada kayu itu di ikatkan 2 butir buah kelapa. Kelapa itulah yang menjadi bahan latihan untuk baruak.
‘’Pilin! Piyuah! Gigik!’’ teriak Nyik Inu memberi komando kepada baruak. Tetapi si baruak hanya berdiri di kayu tempat tergantungnya buah kelapa, dia hanya memandangi buah itu, sesekali mencibir Nyik Inu. Menyaksikan tingkah anak didiknya itu, Nyik Inu emosi lagi, akibatnya cambuk lidi berpilin tiga mendarat lagi di badan si baruak.
Baruak tidak bergeming, masih mada, dan semakin mancibia Nyik Inu.
Temperamen Nyik Inu sudah pada klimaks-nya, lalu tali kekang disentakkan, sehingga baruak jatuh ke tanah. Dua lecutan mendarat lagi di badan baruak.
‘’dak ado bana peri kebaruak-an ang yo Nyik Inu!,’’ tiba-tiba Nyik Inu dikagetkan oleh teguran seseorang. Kemudian beliau hentikan cambukkan ke badan baruak, dan melengoh ke sumber suara.
Tampak sesosok orang tua dan seekor baruak bertumbung besar telah berdiri dekat batang kapas di samping pohon kelapa tempat dimana Nyik Inu melatih baruak-nya.
Orang yang datang itu berkepala botak di bagian depan, mukanya berhiaskan cambang, jenggot dan kumis yang sudah memutih.

......bersambung

Rozi Firdaus
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Definition List

Unordered List

Support