Media publikasi tulisan-tulisan unik, menarik dan menginspirasi

Kabupaten Agam

Ibu kota dari Kabupaten Agam adalah Lubuk Basung, sebuah kota berstatus kecamatan.

Carito Lapau, Episode 1 : BASAMO MEMBANGUN SUMBAR MADANI

"Ah biaso sajo itu. Dulu paresiden nan kini ko takah itu juo. Indak salasai jadi gubernur, baru duo tahun, alah mancalon presiden", kato si Buyuang Mada.

Omerta, Justice Collaborator dan Mar Yanto

Sehebat-sehebatnya pelaku kejahatan pasti ada jejak/bukti yang tercecer sebagai titik awal penelusuran jejak sehingga mengarah kepada pelaku

Murid-Murid Nyiak Ajuik

Menurut kabar angin, beliau memiliki kemampuan supranatural. Banyak yang percaya bahwa beliau mampu menangkal hujan, ada juga yang meyakini beliau memiliki ilmu pamikek. Bukan ilmu memikat balam atau barabah, tetapi ilmu memikat lawan jenis. Selain ilmu gaib itu, Nyiak Ajuik juga memiliki keahlian dalam ilmu teknik.

Puti Ransani Turun dari Khayangan

Puti Ransani merasa rindu ingin kembali ke Kampung kelahirannya di Maninjau. Banyak hal yang membuat ingin segera pulang

Kantor Bupati Agam

Momen upacara peringatan Hari Kemerdekaan setiap 17 Agustus selalu menarik perhatian seluruh masyarakat. Berikut sejumlah photi-photo kegiatan  upacara 17 Agustus di Kantor Bupati Agam, Sumatera Barat.

Atraksi Sebelum Upacara Kemerdekaan di Kantor Bupati Agam

Atraksi Sebelum Upacara Kemerdekaan di Kantor Bupati Agam

Barisan Korsik Upacara Kemerdekaan di Kantor Bupati Agam

Barisan Korsik Upacara Kemerdekaan di Kantor Bupati Agam

Barisan Peserta Upacara Kemerdekaan di Kantor Bupati Agam

Paskibra Upacara Kemerdekaan di Kantor Bupati Agam

  Paskibra Upacara Kemerdekaan di Kantor Bupati Agam

 Barisan Korpri Upacara Kemerdekaan di Kantor Bupati Agam

  Kantor Bupati Agam di waktu malam





Share:

Kabupaten Agam

Penamaan kabupaten ini dengan nama kabupaten Agam, didasari oleh Tambo, di mana sebelumnya beberapa nagari yang berada dalam kawasan kabupaten ini sekarang, dahulunya dikenal juga dengan nama Luhak Agam. Kata agam dalam bahasa Minang hanya untuk merujuk kepada nama suatu kawasan, tetapi jika dirujuk dari bahasa Ibrani (agam), dapat bermaksud dengan danau atau kolam atau rawa-rawa serta juga dapat serumpun dengan kata agamon yang berarti alang-alang. 
Kabupaten Agam terletak pada koordinat 00º01'34"– 00º28'43" LS dan 99º46'39"–100º32'50" BT dengan luas 2.232,30 km², atau setara dengan 5,29% dari luas provinsi Sumatra Barat yang mencapai 42.297,30 km². Kabupaten ini dilalui wilayah pegunungan yang terbentuk dari 2 jalur basin, yaitu Batang Agam di bagian utara dan Batang Antokan di bagian selatan. Pulau Tangah dan pulau Ujung adalah 2 pulau yang ada di kabupaten Agam dengan luas masing-masing 1 km².
Kabupaten Agam memiliki garis pantai sepanjang 43 km dan sungai berukuran kecil yang bermuara di Samudera Hindia, seperti Batang Agam, dan Batang Antokan. Di kabupaten ini menjulang 2 gunung, yaitu gunung Marapi di kecamatan Banuhampu dan gunung Singgalang di kecamatan IV Koto yang masing-masing memiliki tinggi 2.891 meter dan 2.877 meter. Selain itu, membentang pula sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya, yaitu danau Maninjau yang memiliki luas 9,95 km².
Kabupaten Agam memiliki ketinggian yang sangat bervariasi, yaitu antara 0 meter sampai 2.891 meter di atas permukaan laut dengan gunung Marapi di kecamatan Banuhampu sebagai titik tertinggi. Topografi bagian barat kabupaten ini relatif datar dengan kemiringan kurang dari 8%, sedangkan bagian selatan dan tenggara relatif curam dengan kemiringan lebih dari 45%.
Seperti daerah lainnya di Sumatra Barat, kabupaten Agam mempunyai iklim tropis dengan kisaran suhu minimun 25 °C dan maksimum 30 °C. Tingkat curah hujan di kabupaten Agam mencapai rata-rata 3.200 mm per tahun, di mana daerah sekeliling gunung lebih tinggi curah hujannya dibanding daerah pantai. Sedangkan kecepatan angin minimun di kabupaten ini adalah 4 km/jam dan maksimum 20 km/jam.
Lebih dari 38,1% luas kabupaten ini, atau sekitar 85 km² merupakan daerah yang masih ditutupi hutan lebat. Hutan-hutan tersebut, selain menjadi cadangan persediaan air, merupakan suaka bagi berbagai hewan yang dilindungi, di antaranya harimau Sumatra, rusa, kijang, siamang, dan berbagai jenis burung seperti burung kuau, burung muo, burung ketitiran, burung pungguk, dan burung balam. 
Ibu kota dari Kabupaten Agam adalah Lubuk Basung, sebuah kota berstatus kecamatan. Luas wilayahnya 33,226 Ha, atau sekitar 6,33% dari luas Kabupaten Agam. Kecamatan yang berkedudukan pada ketinggian rata-rata 102 meter dari atas permukaan laut, dan suhu udara maksimum mencapai 30 °C dan minimum mencapai 25 °C
Dengan pindahnya pusat pemerintahan Kabupaten Agam dari Bukittinggi ke Lubuk Basung pada tanggal 19 Juli 1993 secara de facto, kemudian diperkuat dengan Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 8 Tahun 1998, maka Kecamatan Lubuk Basung dengan pusat pemerintahan dipindahkan ke Manggopoh. 

Sumber:wikipedia

Share:

Maninjau, Very lovely lake!

Danau Maninjau berada di "Ikua Darek Kapalo Rantau" tepat di jantung Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Terletak di ketinggian kurang lebih 460 meter diatas permukaan laut, danau ini membentang seluas 100 km persegi dengan kedalaman rata-rata 105 meter. Dengan luasnya tersebut, Maninjau menjadi danau terluas kesebelas di Indonesia.
Menurut sejarahnya, danau ini terbentuk akibat erupsi vulkanik dari Gunung Sitinjau yang terjadi kurang lebih 52.000 tahun yang lalu. Kaldera yang terbentuk sedemikian luas kemudian berkembang menjadi sebuah danau. Hal ini sama seperti yang terjadi pada Danau Toba di Sumatera Utara dan Danau Batur di Bali.
Di luar kacamata keilmuan, terdapat sebuah legenda yang berkembang secara turun temurun dikalangan masyarakat setempat mengenai asal muasal dari danau ini. Legenda ini dikenal orang sebagai 'Bujang Sambilan' (Sembilan Laki-laki), yang menceritakan kisah 10 bersaudara kakak beradik yang terdiri dari 9 orang bujang dan seorang gadis.
Alkisah sang gadis yang bernama Puti Rasani menjalin kasih dengan pemuda bernama Sigiran, tetapi kisah cinta berujung dengan munculnya fitnah dari Bujang Sambilan. Dan nama-nama dalam legenda itu konon merupakan asal-muasal nama-nama daerah di sekeliling Danau Maninjau seperti Sigiran, Tanjung Sani, Sungai Batang, Malintang dan lain-lain.
Jika ingin melihat keindahan Danau Maninjau pandanglah dari jauh. Banyak spot untuk menikmati pesona Danau Maninjau... dari Puncak Lawang, dari Ambun Tanai, dari Ambun Pagi, dari Kelok-kelok, atau dari Bukik Sakura.
Keindahan Danau Maninjau jauh lebih memukau dibandingkan view di Puncak - Bogor atau Danau Toba di Sumatera Utara.
Keindahan Maninjau bukan hanya di siang hari. Malam hari Maninjau juga sangat mempesona. Kita bagai memandang hiasan cahaya yang melingkar mengelilingi danau.
Ketika kita berada di tepi, lampu-lampu keramba bererlap kerlip cahaya laksana bintang yang bersenandung menemani Danau Maninjau. Tenang, sepi, damai… tidak ada riak.... diam... seakan danaupun beristirahat melepas penat. 
Pesona Maninjau mampu membuat kita lupa pesona yang lainnya. Maninjau, Very lovely lake!
Presiden Soekarno suatu saat pernah berkata” “Jangan Datang Ke Ranah Minang, Kalau Tak Mampir Ke Maninjau”. 
Berikut photo-photonya :
Danau Maninjau dari Kelok 20

Danau Maninjau di Sore Hari 
Danau Maninjau Menjelang Sore
  Danau Maninjau dari Kelok 37
Danau Maninjau dari Kelok 37

Danau Maninjau dari Kelok 34
  Danau Maninjau dari Gasang
 Mesjid Tepi Danau Maninjau di Gasang

Narasi dan Photo oleh BK



Share:

Kasiah Talarai

Matahari telah mencogok dari peraduannya. Dengan amat perlahan, dia berangsur naik, naik dari balik gunung danau tempat ‘terpendamnya’. Cahaya jingga telah mulai terbentang, pertanda bahwa siang segera menggantikan malam.
Pagi itu angin berhembus sepoi-sepoi di Lubuk Kalang. Hembusan angin semakin syahdu karena ditingkah dengan nyanyian sungai yang airnya tidak pernah berhenti mengalir. Sesekali terdengar kicauan Murai Batu dari pucuk Jawi-jawi yang rimbun di Lubuk Tareh. Lubuk Kalang begitu mempesona di pagi itu. 
Diatas Lubuk itu melintang jembatan tua yang namanya sama dengan nama lubuknya. Jembatan Lubuk Kalang. Jembatan ini melengkapi keindahannya. Keindahan perpaduan antara ciptaan Tuhan dengan buatan manusia. 
Jembatan Lubuk Kalang adalah jembatan tua, mungkin yang tertua di Tigo Koto Sitalang. Jembatan itu dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda, 12 tahun sebelum Indonesia merdeka.
Jembatan tersebut sangat vital peranannya bagi Nagari Batu Kambing dan nagari sekitarnya. Karena menghubungkan dua tempat yang dipisahkan oleh Lubuk Kalang, yaitu menghubungkan Kampung Parit, Punago, dan Subarang, dengan Pasar, dan kampung di sekitarnya.
Karena sudah tua, konstruksinya sangat berbeda dengan jembatan masa kini. Jika jembatan zaman sekarang sangat identik dengan beton, Jembatan Lubuk Kalang tersusun dari batu kali pada kedua tiangnya. Pada dua sisi kedua tiangnya tersebut terdapat lereng yang menjulur ke sungai.
Di lereng itulah, seorang anak muda, bernama Iman, duduk termenung seorang dirinya, menghadapkan mukanya ke dalam lubuk yang tenang. Meskipun matanya terpentang lebar, meskipun begitu asyik dia memperhatikan aliran air yang mengalir di lubuk itu, rupanya pikirannya telah melayang jauh sekali, ke balik yang tak nampak di mata, dari lubuk dunia pindah ke lubuk khayal.
Dia teringat akan kegagalan cintanya yang hampir ke pelaminan, dia teringat itu, meskipun telah berusaha keras untuk melupakannya. Dulu ketika acara lamaran, rahasia yang menggagalkan perjodohannya tersibak. Bahwa sang pujaan hati ternyata sama 'belangnya' dengan dirinya.
''tidak bisa dilanjutkan,'' kata Mamaknya yang bergelar Datuk Tuah kala itu, ''jika diteruskan, ini akan mecoreng muka saya sebagai Ninik Mamak kaum Jambak, lindungan persukuan, yang mengebat erat memancung putus. Kalau pernikahan ini tetap berlangsung, kemana muka ini akan Mamak Surukkan?.'' 
Tercengang Iman menerima pembicaraan yang ganjil itu, bagai ditembak petus tunggal
rasa kepalanya. Lalu dia berkata, ''tapi Mak, Agama kita tidak melarang.''
Datuk Tuah geram, dengan suara meninggi, balasanya, ''nikah satu klan bukan konteks perkawinan halal dan haram, tetapi perkawinan yang dibangun atas dasar raso jo pareso, alua jo patuik, dan kesepakatan dalam aturan nenek moyang kita. Dalam hukum warih nan bajawek yang dijalankan dan dituahi oleh penghulu sekarang. Oleh karena itu, Mamak tidak bisa melanggar ketentuan itu.''
''saya dengan gadis itu hanya Satu klan-Sanagari, bukan Satu klan-Sapayuang. Tidak satu nenek, juga tidak satu Datuk. Kami hanya senagari saja.'' bantah Iman lagi.
Datuk Tuah mendengus, ''huh.. tetap tidak bisa. Satu klan-Saparuk, Satu klan-Sapayuang, Satu klan-Sakampuang, dan Satu klan-Sanagari dilarang keras menurut adat dan limbago nagari kita. Seandainya berlanjut, cela besar namanya itu, merusakkan Ninik Mamak, Korong kampung, rumah jo halaman!.’’ 
Datuk Tuah berhenti, kemudian dengan lembut dia melanjutkan, ‘’Pernikahan yang dibolehkan hanya dalam kondisi Satu klan-Sajo, yaitu nama klan sama, tetapi beda paruik, beda payuang, beda kampuang, dan beda nagari.'' 
''tapi Mak....''
''tidak ada tapi-tapian!,'' sela Datuk Tuah, ''jika kamu bersikeras dengan gadis itu, maka sanksi adat akan berlaku untuk kalian, yaitu sanksi nan dibuang jauh, disangai indak baapi, digantuang indak batali. Kalian akan dikucilkan dalam pergaulan, dibuang dari klan, bahkan diusir dari nagari ini!.'' Datuk Tuah kemudian mengurak selo meninggalkan rumah itu. Iman hanya menunduk pasrah, menerima keputusan Mamak-nya. Dia tidak ingin diusir dari nagari dan dibuang sepanjang adat, juga tidak ingin dikeluarkan dari klannya.
Masih di lereng Jembatan Lubuk Kalang itu, kini dia termenung. Dalam menungnya itu, berjalaranlah pikirannya kian kemari. Ia teringat penolakan mamaknya, teringat nasib cintanya, teringat angan-angannya. Lama-lama teringat dia gadis itu, yang begitu dicintainya. Mukanya amat jernih, matanya penuh dengan rahasia kesucian dan tabiatnya gembira. 
‘’Seandainya gadis itu bisa kupersunting … ah!.’’ Gumamnya dalam hati. Namun, tiba-tiba dia tersadar bahwa angan itu tidak mungkin menjadi. Kini sang pujaan hati bagai bunga harum berpagar duri. Mustahil untuk memetiknya.
Dia juga menyesali adat istiadat nenek moyangnya yang kolot. Bahwa rasa kasih itu anugerah Tuhan, tumbuh dan bersemi dengan sendirinya. Tidak ditumbuhkan. Tetapi kenapa setelah tumbuh dia tidak boleh mekar. Bukankah itu menentang kehendak Tuhan? Kenapa manusia dengan mengatasnamakan adat harus merenggut dan mematikannya?
Pikirannya terus berkecamuk, tetapi belum mampu menemukan jawaban atas semua pertanyaan itu. Namun satu kesimpulannya saat ini, melihat tingginya tembok adat nan kokoh, harapannya seperti menanam padi di sawah yang tak berair, bagai mendakikan akar sirih, ibarat meminta sisik kepada limbek. Percuma. 
Akan tetapi, meski tidak mampu merobohkan tembok penghalang itu, dia sudah bertekad tidak akan membunuh cintanya, juga tidak akan memindahkannya ke hati yang lain.

Rozi Firdaus

Share:

Murid-Murid Nyiak Ajuik

Tengah malam itu gunung danau tampak jelas dari jembatan Lubuk Kalang. Karena purnama bersinar begitu terang sehingga malam laksana siang. Di tengah jembatan, terlihat seorang pemuda duduk berkursikan sepeda motor Mio hitam, menatap kosong kearah puncak gunung itu. Seolah sedang menikmati keindahan malam yang begitu mempesona. Tetapi dia bukan sedang menikmati malam, melainkan sedang gundah gulana.
Pemuda itu tinggi besar. Potongan rambut tipis di sisi kiri dan kanan, tetapi panjang di bagian belakang. Dia anak orang Jambak Ilia yang hidup di pasar. Setelah dari rumah orang tuanya, hendak kembali ke pasar, ketika melewati Lubuak Kalang, dia takjub melihat keindahan gunung danau pada malam itu. Kemudian menepikan motornya dan memandangi gunung itu. Setelah cukup lama memandangi gunung , tiba-tiba perasaannya tidak nyaman. Pikiran tentang nasib diri berputar–putar di kepalanya.
Sudah sejak Isya dia mematung disitu seorang diri. Banyak hal yang difikirkannya, terutama tentang jodohnya yang belum tampak tanda-tanda akan bertemu. Sesekali teringat akan kegagalannya dalam membina hubungan dengan pujaan hati.
Dulu pernah rapat dengan gadis Tandikat, sudah dekat, hampir menikah dengan selamat, tiba-tiba gadis itu minggat tanpa sebab. Dulu pernah meminang perawan Sitalang, tetapi banyak yang menghalang, kemudian gadis itu menghilang , membuat hatinya centang parenang. Dulu juga nyaris memilih orang Alahan Sirih, namun berakhir dengan tragis. Semua kegagalan itu menjadi penyesalannya sampai saat ini. Penyesalan itu berubah menjadi rasa takut. Apalagi semua teman sepermainan rata-rata sudah menikah, tetapi bayangan dia akan berdua seperti tidak ada.
Langit diatas gunung itu sudah terlihat terang, tanda matahari mulai keluar dari peraduan tempat tenggelamnya, tanda pagi akan segera datang, tanda malam berganti dengan siang. Pemuda itu masih mematung disitu. Masih menatap puncak gunung. Pikirannya menerawang dari satu sesal ke sasal lainnya.
Dia menyesali ketidak seriusannya ketika dulu berguru kepada Nyiak Ajuik. Jika saat itu dia tekun dan berhasil menguasai ilmu beliau, pasti saat ini bini dia sudah berdua, bertiga bahkan berempat. Untuk memperdalam lagi ilmu itu sudah terlambat, karena sang guru sudah dipanggil Yang Maha Kuasa.
………………………………
Nyiak Ajuik, gurunya, merupakan salah satu sosok yang dituakan dalam klan Jambak Datuak Batuah di ilia. Dalam lingkungan persukuan beliau bergelar Tuanku.
Menurut kabar angin, beliau memiliki kemampuan supranatural. Banyak yang percaya bahwa beliau mampu menangkal hujan, ada juga yang meyakini beliau memiliki ilmu pamikek. Bukan ilmu memikat balam atau barabah, tetapi ilmu memikat lawan jenis. Selain ilmu gaib itu, Nyiak Ajuik juga memiliki keahlian dalam ilmu teknik. Khusunya ilmu Pati. Yaitu keterampilan dalam ‘manumbok’ periuk yang ‘tabuak’, dan kuali ‘sompoang’.
Karena ilmu pawang hujan, ketika ada warga yang ingin acara hajatan atau baralek-nya meriah dan sukses, tidak diganggu oleh hujan, mereka menggunakan jasa Nyiak Ajuik. Sering usaha beliau dalam menangkal hujan itu mangkus, tidak jarang juga meleset. Entah karena kebetulan di saat itu tidak hujan, mungkin juga waktu itu kebetulan hujan. Bisa jadi juga disebabkan memang karena kesaktian ilmu beliau.
Sebab ilmu pamikek, beliau juga sering dicari oleh para jomblo-jomblo talatak, yang jodohnya masih kabur, untuk diajarkan ilmu tersebut, agar segera dapat jodoh. Lantaran keterampilan memati, beliau juga sering di cari oleh induak-induak yang punya masalah dengan kuali dan periuknya.
Dari ketiga ilmu Nyiak Ajuik tersebut, hanya kemampuan ‘manumbok kuali tabuak’ yang benar-benar dipercaya oleh sebagian besar warga. Dua lainnya tidak. Tetapi sebanyak-banyak yang tidak percaya, ternyata ada juga yang begitu meyakini semua kelebihannya.
………………………………
Awalnya dia meyakini Sang Guru hanya mahir dalam ilmu pati. Karena melihat Pak Ija-nya, murid Nyiak ajuik, begitu handal dan sangat lihai dalam memati. Boleh dibilang Apak-nya itu satu-satunya orang di dunia ini yang mewarisi ilmu pati beliau.
Tentang ilmu pikek dia masih ragu. Karena Pak Atuik-nya yang juga berguru kepada Nyiak Ajuik, ternyata terlambat kawin. Dapat istri baru setelah pulang ke bako. Dijodohkan. Tetapi setelah melihat Pak Tera, dan Pak Doni-nya yang lama menjomblo, lalu setelah menjadi murid Nyiak Ajuik, keduanya langsung dapat jodoh, baru setelah itu dia sedikit percaya.
Keyakinannya semakin kuat setelah mendengar sepak terjang Pak Iju-nya yang setelah berguru kepada Nyiak Ajuik, berubah menjadi sosok playboy yang cukup laku di Batukambing. Banyak anak Sanawiyah, terutama yang berasal dari Tandikat menjadi korban kebuayaan-nya. Setiap hari ketika tidak bekerja Iju sering nongkrong di Lapau Ajo untuk mencari mangsa. Sasarannya anak-anak Sanawiyah yang sedang jajan ke lapau Ajo, atau yang ke dan dari kamar kecil yang berada di samping lapau itu.
Setelah mengetahui kehebatan Pak Iju-nya itu, membuat dia semakin mantap untuk menjadi murid Nyiak Ajuik. Tetapi di sisi lain, karena melihat kegagalan Pak Atuik-nya, dia juga sedikit bimbang. Karena pikiran yang diliputi antara yakin dan tidak percaya membuatnya tidak begitu serius mengikuti pengajaran yang disampaikan sang guru. Hal ini membuatnya tidak tekun. Sering bolos dan banyak main-main. Sehingga ilmu yang dikuasai tidak sempurna. Akibat buruknya dia rasakan sekarang. Dan itu sangat disesalinya.
Matahari sudah berada tepat di atas kepalanya. Angin siang yang lembab berhembus sepoi-sepoi, ketika menerpa kulit sedikit sejuk terasa. Orang-orang telah ramai berlalu lalang di jembatan itu. Banyak yang memandangnya heran. Sebagian ada yang menyapa. Tetapi pemuda itu diam tak bergeming. Masih disitu. Masih menatap kosong ke arah gunung danau.


Rozi Firdaus

Share:

Dunia Panggung Sandiwara


Beberapa waktu lalu saya menyaksikan sebuah film yang berjudul Phone Booth yang dibintangi actor Collin Farrel. Itu adalah kedua kalinya saya menyaksikan film tersebut setelah pada awal tahun 2000an ketika film tersebut baru beredar.
Film ini menceritakan tentang seorang lelaki bernama Stu Shepard (Collin Farrel) yang disandera seorang sniper dalam ruangan Telepon Umum.
Dari dialog-dialog yang disajikan, saya melihat bahwa ada hal sangat menarik yang bisa diambil dari Film yang disutradarai oleh Joel Schumacher dan ditulis oleh Larry Cohen itu.
Dalam film itu sosok Stu adalah Seorang publisher yang ambisius, mempunyai hubungan yang cukup luas tapi sayang ia mempunyai karakter yang buruk, Arogan, Suka obral janji, menipu, meremehkan orang, dengan uang segalanya bisa ia beli termasuk menyuap.
Peran Stu Shepard sangat mewakili kondisi saat ini, dimana banyak Tokoh Publik yang berpenampilan seperti seorang Hero tetapi sesungguhnya adalah Bandit. Berperan sebagai Protagonis tetapi sesungguhnya dia seorang yang Atagonis. Berkesan sebagai seorang yang ramah dan lemah lembut tetapi sesungguhnya dia seorang yang sangat Arogan dan kasar.
Stu merasa nyaman dengan kondisi itu karena merasa tidak ada yang mengetahui kebohongan yang ia lakoni. Hingga pada suatu saat seorang Sniper menyaderanya.
Sniper itu menceritakan bahwa ini bukan pertama kali dia menyandera seseorang. Dan korban-korban sebelumnya dia bunuh karena tidak mau mengikuti kemauannya.
Bagi Stu, sesungguhnya bukan hanya ancaman peluru dari senjata sniper saja yang dia takuti. Tetapi juga rahasia kebohongannya yang diketahui si sniper secara detail.
Stu dipaksa mengakui semua kebohongan yang telah ia lakukan. Mengakui didepan publik termasuk didepan isterinya dan orang-orang yang dia bohongi. Mulanya Stu tidak mau dan lebih memilih ditembak daripada harus melakukan itu. Tetapi si sniper mengatakan bahwa sebelum membunuh Stu terlebih dahulu dia akan membunuh orang orang yang disayangi Stu.
Akhirnya Stu terpaksa melakukan keinginan Sniper itu. Menceritakan semua yang dia kerjakan selama ini adalah bohong dan hanya rekayasa, pencitraan dan manipulasi. Membuat pengakuan bahwa dia bukanlah seseorang Hero yang patut untuk diharapkan karena sesungguhnya dia adalah Bandit, pembohong!!
Pada ending Film tersebut, Stu selamat karena telah membuat pengakuan itu dan diberi maaf oleh orang-orang yang dibohonginya. Tetapi Sniper yang melakukan penyanderaan itu juga lolos dari pencarian aparat kepolisian karena memanipulasi orang lain yang dijadikan korban seolah olah itu dirinya.
Apakah itu sebuah cerita yang sederhana atau membosankan? silakan tonton.
Bagi saya cerita itu sangat menarik karena ada "pesan hebat" yang disampaikan. Pesan bahwa kebohongan itu suatu saat bisa terbongkar dengan cara yang tidak pernah diduga.
Peran Antagonis pada sosok Sniper dalam Film itu mempunyai pengaruh yang luar biasa. Dia memang menjadi sosok penjahat, tetapi dia juga menjadi sosok hero karena "membongkar kejahatan" yang dilakukan sosok Protagonis. Peran Utama bukan hanya pada sosok Protgagonis, sosok Antagonis juga menjadi Bintang Utama dalam film Phone Booth tersebut.
Dengan cara mengetahui secara detail kebohongan-kebohongan yang dilakukan seseorang, Sniper tersebut mampu memaksa orang itu untuk tobat dan membuat pengakuan serta meminta maaf. Dan dia melakukan itu tanpa motif uang seperti pemeras. Kartu truf yang dia pegang tidak digunakan untuk menangguk keuntungan
Untuk membongkar kebohongan yang dilakukan seperti Stu itu memang diperlukan Tokoh Antagonis seperti dalam film itu. Yang bukan sekedar mengancam dengan senjata tajam tetapi juga dengan bukti yang komprehensif. Mengetahui secara detail dan menyeluruh apa saja kebohongan yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan.
Karena orang seperti Stu tidak akan takut dengan Undang-undang walau berisi ancaman hukuman penjara puluhan tahun. Mereka tidak akan takut dengan pengalaman orang lain yang pernah dihukum
Sangat sulit untuk merubah image seseorang yang sudah menjadi brand kebaikan (super hero) menjadi seorang bandit sebagaimana sesungguhnya. Bandit seperti itu adalah sangat licin seperti belut, sering lolos walau sudah dalam genggaman. Perlu trik khusus untuk membuatknya tidak berkutik.
Akhirnya, jika hidup di Dunia ini hanya panggung sandiwara, silakan pilih peran apa yang kita sukai. Apakah akan menjadi pemeran Protagonis atau Antagonis. Apakah akan berlakon sebagai Hero atau Bandit. Apakah akan menjadi pemeran utama atau hanya sekedar figuran, pemeran pembantu.
Beraktinglah secara total, jangan hanya senyum di bibir tetapi kepalan tangannya menunjukkan kemarahan. Raut muka menunjukan kesedihan terapi bahu tetap terangkat menunjukan orang happy. Apa yang diucapkan berlainan dengan gesturnya. Berlakon seperti orang sakit tetapi terlihat seperti orang sehat wal afiat, pun begitu sebaliknya
Semua orang akan melihat panggung, memperhatikan sandiwara itu dan akhirnya akan menilai apakah anda aktor yang bagus atau tidak. Sekian.

Kamaruddin

Share:

Pantai Tiku Kabupaten Agam Sumatera Barat

Pantai Tiku terletak di Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam - Sumatera Barat. Hanya berjarak 21 KM dari Lubuk Basung Ibukota Kabupaten Agam atau 15 menit perjalanan dengan mobil atau motor.
Pantai Tiku mempunyai pemandangan yang Rancak Bana, pasir pantainya halus, aneka kuliner khas hasil laut dan juga dengan aktivitas nelayannya. Di Pantai Tiku berjejer sampan dan juga kapal penangkap ikan (orang Tiku menyebutnya Bagan). Disana juga tumbuh deretan pohon cemara laut. Di bawah pohon cemara yang sudah cukup tinggi itu pondok-pondok kuliner khas tersaji. Kita akan dihidangkan masakan ikan laut segar yang baru ditangkap nelayan.
Semakin sore pemandangan pantai yang semakin indah diiringi cahaya matahari yang perlahan terbenam di ujung laut Samudra Hindia.
Berikut photo-photo di Pantai Tiku :
Indahnya sore hari di Pantai Tiku
Pantai Tiku, Matahari Terbenam di ujung laut Samudra Hindia
Nyamannya bermain di pasir Pantai Tiku yang halus
Spot di Pantai Tiku yang indah untuk berphoto dengan latar belakang pantai dan 2 pulau
Sampan berjejer pun terlihat indah di Pantai Tiku
Orang Tiku menyebutnya Bagan
Menikmati keindahan pantai sambil duduk di bawah tenda sembari dibelai angin Pantai Tiku
Deretan Keranjang Tempat Ikan di Pantai Tiku
Aktifitas Jual Beli Ikan  di Pantai Tiku
Pasar Kaget Pantai Tiku, Ikan Segar biasanya setiap pagi ketika Nelayan Turun Kapal


Narasi dan photo oleh BK
Share:

Rasis


Ketika Adam dan Hawa diusir Tuhan dari Surga, pada saat itu Planet Bumi ini tidak berpenghuni. Adam dan Hawa adalah penduduk pertama yang mendiami Bumi.
Belum ada Batas Wilayah, belum ada perbedaan bahasa, belum ada perbedaan Suku, dan juga belum ada perbedaan Agama. Adam dan Hawa adalah pemilik bumi, pemilik seluruh hamparan tanah daratan, pemilik laut dan seluruh isinya.
Adam dan Hawa yang diletakan pada jarak yang sangat jauh, puluhan tahun perjalanan. Mereka dipisahkan hampir 5 ribu KM, Adam di Srilangka dan Hawa di Jeddah tetapi karena cinta akhirnya bertemu di Bukit Jabal Rahmah (Arafah).
Adam dan Hawa setelah bertemu membangun Rumah Tangga dan mempunyai keturunan. Hidup di atas Bumi yang luasnya lebih dari 500 juta KM2 dengan memanfaatkan seluruh yang ada di bumi ini. 
Hingga berabad-abad kemudian, Bumi terasa semakin sempit. Setiap jengkal tanah dimuka Bumi telah dikapling-kapling menjadi Negara-negara.
Pengkaplingan tanah bumi menjadi Negara merupakan buah dari nafsu untuk menguasai. Nafsu menguasai yang pertamakali telah terlihat pada kisah Qabil dan Habil. Bukan sekedar memperebutkan sesuatu tetapi lebih dari itu, yaitu nafsu memperlihatkan bahwa ia (Qabil) lebih powerfull dari yang lain.
Karena angkara Nafsu itu peradaban manusia mendekati perangai binatang, jahiliyah dan hanya memakai hukum rimba.
Hingga pada saat yang sangat mengkhawatirkan, Tuhan mengutus Nabi Muhammad untuk merobah peradaban manusia. Misi yang diemban Muhammad adalah memperbaiki akhlak manusia. Tidak ada perintah maupun ajaran Tuhan yang membedakan bangsa, warna kulit, suku, bentuk tubuh. Tidak ada perlakuan khusus atau keistimewaan terhadap bangsa arab dalam beribadah walau disana adalah tempat pertama Islam berkembang.
Akhlak manusia adalah nilai-nilai yang bersifat universal. Tidak membedakan status sosial,  fisik dan warna kulit, suku dan garis keturunan.
Akhlak manusia berangsur pulih dan ajaran Nabi Muhammad melintas batas wilayah dan ruang waktu. Membawa, kedamaian, rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh apa yang ada di bumi, bukan hanya manusia tetapi juga hewan dan tumbuhan.
Perbedaan-perbedaan antara manusia, suku, agama, keturunan bukanlah dimaksudkan untuk memberi label bahwa ada yang lebih terhormat dan ada yang hina. Karena tingkatan itu hanyalah berdasarkan Akhlak.
Oleh karenanya tindakan rasis, melecehkan atau merendahkan manusia lain adalah tindakan yang hina. Bahkan, tidak lah berakhlak tertawa ketika melihat orang jatuh, sekalipun orang yang jatuh terlihat konyol bahkan lucu.
Saat ini perbedaan-perbedaan itu semakin terasa disaat kita hidup pada bumi yang telah dikapling-kapling. Bahkan Agama pun tidak dijadikan alat pemersatu dan pedoman akhlak. Bermacam kelompok menonjolkan perbedaan bahkan eklusifitas dari kelompok lainnya, mengklaim bahwa mereka lah yang benar dan berkeyakinan bahwa mereka lah yang paling berhak atas surga.
Padahal mereka menjauhi nilai-nilai akhlak yang berlaku universal sebagaimana diajarkan para utusan Tuhan. Mereka mencaci, menghina dan rasis.

Kamaruddin

Share:

Listrik Naik (bagian 2)


“begini Mak,” jawab Nopi, “pada bulan April dan Mei kita lebih banyak beraktifitas di rumah sebab ada PSBB. Karena sering di rumah saja, terjadi perubahan perilaku kita dalam menggunakan listrik. Jika dihari biasa AC, TV, kipas angin, Laptop, dan lainnya, hanya digunakan ketika malam hari saja, tetapi saat kita lebih sering beraktifitas di rumah, alat-alat elektronik itu kita gunakan 24 jam. Makanya dibulan Juni ini kita bayar lebih dari bulan biasanya.”
Mak Siri tidak sepakat, lalu bantahnya, “di bulan saat PSBB, bulan April dan bulan Mei, kita tetap bayar seperti biasa. Harusnya di bulan Juni tarifnya juga biasa. Kecuali pada bulan April dan Mei itu kita tidak bayar, wajar di bulan Juni naik berlipat.!”
Nopi tersenyum, kemudian tuturnya, “karena kebijakan PSBB, pada bulan April dan Mei petugas PLN tidak melihat stand KWH meter dirumah kita, di dua bulan itu kita membayar berdasarkan perkiraan rata-rata bulan normal. Sementara di bulan itu pemakaian listrik kita sangat tinggi. Tentu saja ada selisih kekurangan bayar yang cukup signifikan di bulan Juni setelah di cek meteran.”
Mak Siri tidak puas, sanggahnya, “tapi saat pada PSBB itu pemakaian listrik di rumah Mamak tidak jauh beda dihari biasa. AC, TV, dan kipas angin pemakaiannya lebih sedikit di hari biasa. Kalaupun tarif naik harusnya tidak sampai 200 persen!.”
“tapi pemakaian yang sedikit itu lamanya 60 hari lo Mak. Jadi wajar Mak Siri bayar segitu.” Balas Nopi.
“tapi Pi,” bantah Mak Siri, “rumah Languai yang di ateh kosong, tidak dihuni, karena dia sudah pindah ke rumah barunya di ilia, katanya rumah kosong itu rekening listriknya juga naik 200 persen!.”
Nopi terdiam. Kata Mak Siri lagi, “berarti selama PSBB, rumah kosong Languai itu tidak ada peningkatan penggunaan listrik, tetapi tetap naik juga. Dan di FB banyak keluhan seperti itu.”
Mak Siri mengeluarkan Androidnya, mengaktifkan, lalu membuka FB FP PLN, “lihat ini,” kata beliau sambil menyodorkan android itu ke Nopi.
Nopi menyambutnya, lalu membaca sembari menskrol ke bawah. Dia kaget. Ternyata Mak Siri benar. Ada ribuan yang komen dan semua menyatakan kenaikan yang tidak wajar.
Tanpa menanggapi kemudian Nopi mengembalikan HP ke Mak Siri.
“berarti ini seperti perampokan secara tersembunyi,” kata Mak Siri sambil mengambil Android itu, lalu menyarungkannya di pinggang.
Setelah itu beliau melanjutkan, “dalam UUD Pasal 33 jelas dinyatakan, bahwa semua cabang produksi yang menyangkut hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Listrik itu menyangkut hajat hidup orang banyak, harusnya untuk kemakmuran rakyat. Kalau kenaikkan tidak wajar ini seperti ingin menyiksa rakyat! Bukan memakmurkan!.”
Nopi tidak menanggapi. Hanya diam menyimak.
Lalu Mak Siri melanjutkan, “apalagi dimasa pandemi ini. Semua orang terdampak. Penghasilan menurun signifikan. Sementara rakyat tetap membayar cicilan kredit rumah, motor, dan kredit lainnya. Ditambah sebelumnya BPJS juga sudah naik. Seharusnya, dengan kenaikan pemakaian di masa rumah saja itu, ada keringanan dalam pembayaran tagihan listrik. Ini justru menaikkan!.” Setelah itu dengan perasaan mendongkol, Mak Siri pergi dari situ.
Sementara Nopi masih bungkam. Dalam hati membenarkan semua argumen Mak Siri. Dia sepakat bahwa kenaikkan itu kurang wajar.
Apalagi kenaikkan terjadi di masa pandemi yang sangat berdampak terhadap pendapatan rakyat. Seharusnya pemerintah mengurangi beban itu dengan menurunkan tarif listrik. Jika perlu hratis. Tetapi yang terjadi sebaliknya.
Nopi hanya geleng-geleng kepala. Lalu berlalu dari jembatan itu.

Rozi Firdaus

Share:

Listrik Naik


Pagi itu, sepulang dari Rumah Tacik di Punago, dari depan Rumah Takin agak kehilirnya, Nopi melihat Mak Siri berdiri mematung diatas jembatan Sukun. Tatapannya kosong ke dasar banda, memancarkan kesedihan seperti suami ditinggal istri.
Nopi heran dengan polah Mak Siri. Beliau orang yang selalu ceria. Tiap hari sering tertawa dan bagarah. Jarang bermuram durja. Tetapi pagi ini beliau tidak seperti biasanya.
Untuk membunuh keheranan itu, segera saja dia menghampiri Mak Siri, lalu bertanya.
"Ada apa Mak Siri, pagi-pagi sudah bersedih?!."
Mak Siri terperanjat. Kaget. Karena tidak menduga kedatangan orang lain. Sambil mengurut dada dan melengoh kearah orang yang bertanya, jawab beliau, "astagahpirullah alazim.... Kamu ya Nopi!." Setelah itu kembali beliau memutar badan dan melihat lagi ke dasar banda seperti tatapan semula.
Karena pertanyaannya tidak digubris. Nopi bertanya lagi, “ada masalah apa Mak Siri? Apa yang Mamak menungkan?”. Mak Siri masih bungkam. Tatapannya masih fokus ke dalam banda.
“dengan menceritakannya ke saya mungkin bisa mengurangi beban pikiran Mak Siri.” Kata Nopi lagi. Mak Siri masih mendaming saja.
Nopi terus mengajukan pertanyaan.
“kerbau Mak Siri mati?”
“gerobak Mak Siri Patah?”
Masih tidak ada tanggapan. Nopi sudah kehabisan pertanyaan dan berniat akan pulang saja. Sambil berlalu dia bergumam pelan, asal menebak kegundahan Mak Siri, “mungkin karena bayar listrik kemahalan.”
“betul!,” jawab Mak Siri agak keras. Lalu beliau membalikan badan menghadap Nopi yang sudah hampir sampai di depan rumah amaknya. Karena ada respon, Nopi melangkah surut, kemudian duduk di tembok penahan pagar jembatan.
“berapa kenaikan listrik Mak Siri bulan ini?,” tanya Nopi.
“hampir dua ratus persen Pi. Di bulan-bulan sebelumnya rata-rata Mamak hanya membayar 250 ribu. Bulan ini kena 600 ribu,” jawab Mak Siri.
Nopi tidak kaget, karena merasa kenaikan itu wajar. Menurut hitung-hitungannya, bulan Mei dan Juni pemerintah menetapkan PSBB untuk menekan penyebaran Covid-19, yaitu dengan menghimbau masyarakat untuk belajar, bekerja, dan beribadah di rumah saja. Pada saat lebih sering dirumah saja ini pemakaian listrik masyarakat meningkat tajam. Dihari biasa AC, TV, kipas, dan alat elektronik lainnya, hidup hanya dimalam hari saja, saat PSBB bisa aktif selama 24 jam. Sehingga dibulan Juni rekening membengkak naik.
Maka kata Nopi, “menurut saya kenaikan itu wajar Mak.”
Mak Siri tercengang, “kok wajar?!” tanya beliau.

........Bersambung

Rozi Firdaus

Share:

Ki Gendeng Pamungkas


Ki Gendeng Pamungkas alias Isan Marsadi adalah sosok yang terkenal karena terang-terangan mengaku sebagai Dukun Santet dan pernah mengaku bahwa dia beguru ilmu hitam pada 59 guru di 16 Propinsi di Indonesia dan belajar voodook ke Afrika. Pada tahun 90an, sebagaimana diberitakan Tabloid Detik waktu itu, Ki Gendeng Pamungkas mengumpulkan para Dukun Santet dan berikrar tidak akan menyantet lagi kecuali dirinya sendiri.
Pada tahun 2006 ia pernah membuat pernyataan yang bagi sebagian orang tidak rasional, yaitu akan menyantet Presiden Amerika Serikat George W Bush yang melakukan kunjungan ke Indonesia.
Saat itu, selain meliput kedatangan George W Buah televisi juga menayangkan Ki Gendeng Pamungkas yang mengadakan ritual voodoo untuk menyantet George Bush, yaitu dengan perantara darah ular hitam, burung gagak, dan campuran darah Ki Gendeng Pamungkas sendiri. Ki Gendeng juga mengaku akan melakukan beberapa penyerangan yaitu dengan meminta petir dan hujan, lalu membuat Helikopter Bush tidak bisa mendarat di Kebun Raya Bogor.
Meskipun  George W Bush tidak terbukti berhasil kena santet, akan tetapi ada beberapa hal yang sesuai dengan rencana Ki Gendeng, yaitu adanya hujan dan petir menjelang kedatangan Bush, dan akhirnya tidak jadi mendarat di Kebun Raya Bogor. Entah kebetulan atau memang karena ilmu Ki Gendeng Pamungkas, hal itu tidak bisa dibuktikan dan sulit diterima logika. 

Sampai saat ini mungkin Ki Gendeng Pamungkas satu-satunya orang yang pernah berani terang-terangan melakukan ancaman terhadap Pemimpin Negara Adi Daya Amerika Serikat. Ki Gendeng Pamungkas juga terang-terangan melaksanakan ancamannya di muka publik. Ki Gendeng Pamungkas serinngkali diundang dalam forum resmi dalam kapasitasnya sebagai Dukun Santet, ke Gedung DPR dan ILC. Dalam pertemuan dengan Anggota DPR, Ki Gendeng Pamungkas pernah mengusulkan agar pemberantasan Korupsi dilakukan dengan cara menyantet para Koruptor.
Selain itu banyak kisah menghiasi hidup Ki Gendeng Pamungkas yang berubah dari Tokoh Supranatural menjadi Natural diantaranya: pada tahun 2008 ikut Pilkada Kota Bogor, kepedulian dan aktif melakukan pemberdayaannya terhadap anak-anak punk, menjadi Presiden Front Pribumi, tahun 2017 ditangkap polisi karena kasus Sara, kisah tentang tobat dan kembali mengucapkan syahadat yang dipandu Sekjend FUI dan bulan Mei kemarin mengajukan gugatan UU Pemilu ke MK. Ki Gendeng telah ikut memberi warna berbeda dalam hidup.
Kemarin, pukul 15.00 WIB Ki Gendeng Pamungkas Meninggal Dunia karena komplikasi penyakit di RS Mulia Padjadjaran.
Selamat Jalan Isan Marsadi, selamat jalan Orang Gendeng Terakhir. Semoga mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT.


Kamaruddin
Share:

Definition List

Unordered List

Support