Pemuda itu tinggi besar. Potongan rambut tipis di sisi kiri dan kanan, tetapi panjang di bagian belakang. Dia anak orang Jambak Ilia yang hidup di pasar. Setelah dari rumah orang tuanya, hendak kembali ke pasar, ketika melewati Lubuak Kalang, dia takjub melihat keindahan gunung danau pada malam itu. Kemudian menepikan motornya dan memandangi gunung itu. Setelah cukup lama memandangi gunung , tiba-tiba perasaannya tidak nyaman. Pikiran tentang nasib diri berputar–putar di kepalanya.
Sudah sejak Isya dia mematung disitu seorang diri. Banyak hal yang difikirkannya, terutama tentang jodohnya yang belum tampak tanda-tanda akan bertemu. Sesekali teringat akan kegagalannya dalam membina hubungan dengan pujaan hati.
Dulu pernah rapat dengan gadis Tandikat, sudah dekat, hampir menikah dengan selamat, tiba-tiba gadis itu minggat tanpa sebab. Dulu pernah meminang perawan Sitalang, tetapi banyak yang menghalang, kemudian gadis itu menghilang , membuat hatinya centang parenang. Dulu juga nyaris memilih orang Alahan Sirih, namun berakhir dengan tragis. Semua kegagalan itu menjadi penyesalannya sampai saat ini. Penyesalan itu berubah menjadi rasa takut. Apalagi semua teman sepermainan rata-rata sudah menikah, tetapi bayangan dia akan berdua seperti tidak ada.
Langit diatas gunung itu sudah terlihat terang, tanda matahari mulai keluar dari peraduan tempat tenggelamnya, tanda pagi akan segera datang, tanda malam berganti dengan siang. Pemuda itu masih mematung disitu. Masih menatap puncak gunung. Pikirannya menerawang dari satu sesal ke sasal lainnya.
Dia menyesali ketidak seriusannya ketika dulu berguru kepada Nyiak Ajuik. Jika saat itu dia tekun dan berhasil menguasai ilmu beliau, pasti saat ini bini dia sudah berdua, bertiga bahkan berempat. Untuk memperdalam lagi ilmu itu sudah terlambat, karena sang guru sudah dipanggil Yang Maha Kuasa.
………………………………
Nyiak Ajuik, gurunya, merupakan salah satu sosok yang dituakan dalam klan Jambak Datuak Batuah di ilia. Dalam lingkungan persukuan beliau bergelar Tuanku.
Menurut kabar angin, beliau memiliki kemampuan supranatural. Banyak yang percaya bahwa beliau mampu menangkal hujan, ada juga yang meyakini beliau memiliki ilmu pamikek. Bukan ilmu memikat balam atau barabah, tetapi ilmu memikat lawan jenis. Selain ilmu gaib itu, Nyiak Ajuik juga memiliki keahlian dalam ilmu teknik. Khusunya ilmu Pati. Yaitu keterampilan dalam ‘manumbok’ periuk yang ‘tabuak’, dan kuali ‘sompoang’.
Karena ilmu pawang hujan, ketika ada warga yang ingin acara hajatan atau baralek-nya meriah dan sukses, tidak diganggu oleh hujan, mereka menggunakan jasa Nyiak Ajuik. Sering usaha beliau dalam menangkal hujan itu mangkus, tidak jarang juga meleset. Entah karena kebetulan di saat itu tidak hujan, mungkin juga waktu itu kebetulan hujan. Bisa jadi juga disebabkan memang karena kesaktian ilmu beliau.
Sebab ilmu pamikek, beliau juga sering dicari oleh para jomblo-jomblo talatak, yang jodohnya masih kabur, untuk diajarkan ilmu tersebut, agar segera dapat jodoh. Lantaran keterampilan memati, beliau juga sering di cari oleh induak-induak yang punya masalah dengan kuali dan periuknya.
Dari ketiga ilmu Nyiak Ajuik tersebut, hanya kemampuan ‘manumbok kuali tabuak’ yang benar-benar dipercaya oleh sebagian besar warga. Dua lainnya tidak. Tetapi sebanyak-banyak yang tidak percaya, ternyata ada juga yang begitu meyakini semua kelebihannya.
………………………………
Awalnya dia meyakini Sang Guru hanya mahir dalam ilmu pati. Karena melihat Pak Ija-nya, murid Nyiak ajuik, begitu handal dan sangat lihai dalam memati. Boleh dibilang Apak-nya itu satu-satunya orang di dunia ini yang mewarisi ilmu pati beliau.
Tentang ilmu pikek dia masih ragu. Karena Pak Atuik-nya yang juga berguru kepada Nyiak Ajuik, ternyata terlambat kawin. Dapat istri baru setelah pulang ke bako. Dijodohkan. Tetapi setelah melihat Pak Tera, dan Pak Doni-nya yang lama menjomblo, lalu setelah menjadi murid Nyiak Ajuik, keduanya langsung dapat jodoh, baru setelah itu dia sedikit percaya.
Keyakinannya semakin kuat setelah mendengar sepak terjang Pak Iju-nya yang setelah berguru kepada Nyiak Ajuik, berubah menjadi sosok playboy yang cukup laku di Batukambing. Banyak anak Sanawiyah, terutama yang berasal dari Tandikat menjadi korban kebuayaan-nya. Setiap hari ketika tidak bekerja Iju sering nongkrong di Lapau Ajo untuk mencari mangsa. Sasarannya anak-anak Sanawiyah yang sedang jajan ke lapau Ajo, atau yang ke dan dari kamar kecil yang berada di samping lapau itu.
Setelah mengetahui kehebatan Pak Iju-nya itu, membuat dia semakin mantap untuk menjadi murid Nyiak Ajuik. Tetapi di sisi lain, karena melihat kegagalan Pak Atuik-nya, dia juga sedikit bimbang. Karena pikiran yang diliputi antara yakin dan tidak percaya membuatnya tidak begitu serius mengikuti pengajaran yang disampaikan sang guru. Hal ini membuatnya tidak tekun. Sering bolos dan banyak main-main. Sehingga ilmu yang dikuasai tidak sempurna. Akibat buruknya dia rasakan sekarang. Dan itu sangat disesalinya.
Matahari sudah berada tepat di atas kepalanya. Angin siang yang lembab berhembus sepoi-sepoi, ketika menerpa kulit sedikit sejuk terasa. Orang-orang telah ramai berlalu lalang di jembatan itu. Banyak yang memandangnya heran. Sebagian ada yang menyapa. Tetapi pemuda itu diam tak bergeming. Masih disitu. Masih menatap kosong ke arah gunung danau.
Rozi Firdaus
0 komentar:
Posting Komentar