Ketika Adam dan Hawa diusir Tuhan dari Surga, pada
saat itu Planet Bumi ini tidak berpenghuni. Adam dan Hawa adalah penduduk
pertama yang mendiami Bumi.
Belum ada Batas Wilayah, belum ada perbedaan bahasa,
belum ada perbedaan Suku, dan juga belum ada perbedaan Agama. Adam dan Hawa
adalah pemilik bumi, pemilik seluruh hamparan tanah daratan, pemilik laut dan
seluruh isinya.
Adam dan Hawa yang diletakan pada jarak yang sangat
jauh, puluhan tahun perjalanan. Mereka dipisahkan hampir 5 ribu KM, Adam di
Srilangka dan Hawa di Jeddah tetapi karena cinta akhirnya bertemu di Bukit
Jabal Rahmah (Arafah).
Adam dan Hawa setelah bertemu membangun Rumah Tangga
dan mempunyai keturunan. Hidup di atas Bumi yang luasnya lebih dari 500 juta
KM2 dengan memanfaatkan seluruh yang ada di bumi ini.
Hingga berabad-abad kemudian, Bumi terasa semakin
sempit. Setiap jengkal tanah dimuka Bumi telah dikapling-kapling menjadi
Negara-negara.
Pengkaplingan tanah bumi menjadi Negara merupakan buah
dari nafsu untuk menguasai. Nafsu menguasai yang pertamakali telah terlihat
pada kisah Qabil dan Habil. Bukan sekedar memperebutkan sesuatu tetapi lebih
dari itu, yaitu nafsu memperlihatkan bahwa ia (Qabil) lebih powerfull dari yang
lain.
Karena angkara Nafsu itu peradaban manusia mendekati
perangai binatang, jahiliyah dan hanya memakai hukum rimba.
Hingga pada saat yang sangat mengkhawatirkan, Tuhan
mengutus Nabi Muhammad untuk merobah peradaban manusia. Misi yang diemban
Muhammad adalah memperbaiki akhlak manusia. Tidak ada perintah maupun ajaran
Tuhan yang membedakan bangsa, warna kulit, suku, bentuk tubuh. Tidak ada perlakuan
khusus atau keistimewaan terhadap bangsa arab dalam beribadah walau disana
adalah tempat pertama Islam berkembang.
Akhlak manusia adalah nilai-nilai yang bersifat
universal. Tidak membedakan status sosial,
fisik dan warna kulit, suku dan garis keturunan.
Akhlak manusia berangsur pulih dan ajaran Nabi
Muhammad melintas batas wilayah dan ruang waktu. Membawa, kedamaian, rahmat dan
kesejahteraan bagi semua seluruh apa yang ada di bumi, bukan hanya manusia
tetapi juga hewan dan tumbuhan.
Perbedaan-perbedaan antara manusia, suku, agama,
keturunan bukanlah dimaksudkan untuk memberi label bahwa ada yang lebih
terhormat dan ada yang hina. Karena tingkatan itu hanyalah berdasarkan Akhlak.
Oleh karenanya tindakan rasis, melecehkan atau
merendahkan manusia lain adalah tindakan yang hina. Bahkan, tidak lah berakhlak
tertawa ketika melihat orang jatuh, sekalipun orang yang jatuh terlihat konyol
bahkan lucu.
Saat ini perbedaan-perbedaan itu semakin terasa disaat
kita hidup pada bumi yang telah dikapling-kapling. Bahkan Agama pun tidak
dijadikan alat pemersatu dan pedoman akhlak. Bermacam kelompok menonjolkan
perbedaan bahkan eklusifitas dari kelompok lainnya, mengklaim bahwa mereka lah
yang benar dan berkeyakinan bahwa mereka lah yang paling berhak atas surga.
Padahal mereka menjauhi nilai-nilai akhlak yang berlaku
universal sebagaimana diajarkan para utusan Tuhan. Mereka mencaci, menghina dan
rasis.
Kamaruddin
0 komentar:
Posting Komentar