Juventus F.C. merupakan klub tersukses dalam sejarah Liga Italia Seri-A. Tidak main-main, sembilan tahun terakhir Juventus secara beruntun meraih scudeto, total 36 gelar juara Liga telah mereka raih, bukti sebagai klub terbaik Italia abad ke-20. Bukan hanya itu, Juventus sebanyak 9 kali Juara Coppa Italia, 2 kali Juara Liga Champions, 1 kali Juara Piala Winners, 3 kali Juara Piala UEFA/Liga Europa), 2 kali Juara Piala Interkontinental, dam 2 kali Juara Piala Super Eropa.
Diantara bejibun prestasi dan trophy yang didapat Juventus tersebut ternyata ada sisi gelap dan nista Juventus. Sisi gelap dan nista itu meruntuhkan semua prestasi mentereng dan kekaguman publik. Skandal pengaturan skor pertandingan Serie A 2006, dalam bahasa Italia disebut Calciopoli !!
Penyelidikan calciopoli dimulai pada musim 2004/2005 ketika Juventus berhasil memenangkan gelar juara liga dengan 86 poin, unggul tujuh angka dari AC Milan. Penyelidikan memperlihatkan ada setidaknya 20 pertandingan Juventus yang dianggap “mencurigakan - sengaja diatur skornya” dengan bantuan atau bekerjasama dengan wasit.
Dalang aksi culas yang dilakukan sedemikian rapi tersebut adalah Luciano Moggi, Direktur Umum Juventus. Terungkapnya peran Luciano Moggi itu berdasarkan ratusan rekaman percakapan dan ribuan dokumen yang didapat penyidik
Luciano Mogi memang benar-benar piawai mengatur skor pertandingan, dia begerak diam - diam. Tak ada bukti transaksi uang ke wasit, tidak juga ke pemain. Dia mengatur dan memilih wasit untuk pertandingan Juventus, juga mengatur pemilihan wasit untuk pertandingan tim lain, menunda atau membatalkan pertandingan. Selanjutnya Luciano Mogi menutupi semua itu dengan mengatur arah berita media.
Tetapi Penyidik tidak kalah hebatnya, mereka berhasil mengungkapkan bahwa Luciano Moggi rata-rata membuat dan menerima 416 panggilan setiap hari. Ia memiliki enam ponsel dan 300 kartu sim. Dalam sembilan bulan, ia melakukan kurang lebih 100 ribu panggilan.
Setelah menjalani proses penyelidikan dalam waktu yang cukup lama, akhirnya hukuman pun dijatuhkan. Luciano Moggi dicekal seumur hidup dari dunia sepakbola. Juventus diputus degradasi ke Serie B, mendapat pengurangan poin sebesar sembilan poin, tidak berhak mengikuti Liga Champions Eropa 2006/2007, serta gelar Juara Liga Italia musim 2004/2005-2005/2006 dicabut.
Kecurangan juga terjadi di Dunia Sepakbola yang menjunjung tinggi Fair Play, bahkan tidak sedikit jumlahnya. Di Dunia Internasional Calciopoli adalah kasus paling menggemparkan, di tingkat nasional adalah Kasus Sepakbola Gajah antara PSS Sleman versus PSIS Semarang di pertandingan babak delapan besar Divisi Utama 2014. PSS berhasil keluar sebagai pemenang dengan skor 3-2 atas PSIS Semarang. Tetapi yang luar biasanya, lima gol yang tercipta dalam pertandingan tersebut merupakan gol bunuh diri yang dibuat oleh pemain ke gawangnya sendiri. Kedua tim sejatinya sama-sama tidak ingin merenggut kemenangan. Maka berlomba untuk mengalahkan timnya sendiri. Motifnya, kedua tim tidak ingin bersua Pusamania Borneo FC yang sudah menunggu mereka di babak semifinal.
Mengapa terjadi kecurangan dalam dunia sepakbola? Tidak lain adalah karena ingin meraih Titel Juara.
Begitu juga di Panggung Poltik, demi sebuah jabatan politik berbagai cara dilakukan untuk meraihnya. Cara yang halal maupun mengahalalkan semua cara, alias melakukan perbuatan curang...
Cara-cara itu bisa disebut dengan Kampanye yang dalam Wikipedia adalah sebuah tindakan dan usaha yang bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh peorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan guna memengaruhi, penghambatan, pembelokan pecapaian. Atau dalam KBBI merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yang bersaing memperebutkan kedudukan dalam parlemen dan sebagainya untuk mendapat dukungan massa pemilih dalam suatu pemungutan suara.
Secara umum Kampanye terbagi dalam 3 genre yaitu kampanye positif (positive campaign), kampanye negatif (negative campaign), dan kampanye hitam (black campaign). Pada hakikatnya Kampanye, apapun jenisnya adalah seluruh kegiatan yang pada tujuan akhirnya untuk memenangkan pemilihan.
Cara mendapatkan dukungan bukan hanya kegiatan diatas panggung tetapi dimanapun dengan berbagai cara. Cara positif artinya berusaha memblow up keunggulan sendiri, apa yang akan dikerjakan untuk kepentingan publik jika terpilih. Cara negatif yaitu kampanye yang mencari kelemahan, atau sisi jelek lawan politik untuk disampaikan ke publik dan ajakan supaya tidak memilihnya. Dan, Kampanye hitam adalah cara yang curang yaitu melakukan perbuatan-pebuatan melanggar hukum, misalnya mengumpulkan dana politik dengan cara korupsi atau membuat berita-berita bohong tentang lawan politik dan menyampaikan ke publik.
Tentu dari ketiga tersebut kita tahu mana yang cara yang halal dan mana yang tidak. Konsekuensinya juga jelas jika melakukan cara yang tidak halal dalam berpolitik. Dalam Sepakbola sanksinya pencabutan gelar, degradasi, denda, larangan bertanding dan lain-lain. Dalam politik sanksinya adalah diskualifikasi sebagai peserta proses politik, atau pencopotan jabatan politik setelah beberapa saat dilantik.
Dalam perjalanan politik di Indonesia sejak Pemilihan Langsung lebih dari sepuluh Kepala Daerah yang dicopot dari jabatannya hanya beberapa saat setelah dilantik. Tidak jauh beda dengan Juventus yang dicopot gelarnya karena Calciopoli.
Kamaruddin