Meskipun belum semua daerah menyelesaikan perhitungan suara Pemilihan Kepala Daerah seretak di Sumatera Barat tahun 2020 hasil akhir sudah hampir bisa dipastikan. Partai Keadilan Sejahtera berhasil mempertahankan Kursi Gubernur Sumatera Barat untuk ketiga kali secara beruntun. Pasangan Mahyeldi (Kader PKS) – Audy Joinaldy (Kader PPP) berhasil memenangkan pertarungan sengit dengan pasangan Nasrul Abit (Kader Gerindra)– Indra Catri (Kader Gerindra) calon usungan Gerindra semata serta pasangan Mulyadi (Kader Demokrat) – Ali Mukhni (Kader PAN). Berdasarkan data sementara KPU, pasangan Mahyeldi – Audy Joinaldy meraih 30,9% suara unggul lebih 2% dari dari Nasrul Abit – Indra Catri.
Kekalahan Pasangan Nasrul Abit - Indra Catri yang dibalihonya tertulis “Pilihan Prabowo” merupakan pukulan yang sangat telak bagi Gerindra. Bagaimana tidak, Sekjen DPP Gerindra Ahmad Muzani pernah berkata pada HUT ke-12 Partai Gerindra di Padang beberapa waktu lalu, "Sumatera Barat adalah halaman depan Partai Gerindra". Sumatera Barat bagi Gerindra besutan Prabowo Subianto merupakan simbol kejayaan, hal itu dibuktikan sudah 2 kali pilpres Prabowo menang telak, tahun 2014 Prabowo yang berpasangan dengan Hatta Rajjasa menang lebih 75% suara. Bahkan sewaktu Pilpres 2019 kemarin Prabowo-Sandiaga menang sangat telak dengan meraih 2.488.733 suara, 6 kali lipat suara Jokowi-Ma'ruf yang hanya 407.761 suara.
Pun demikian dengan Pemilihan Legislatif, 2019 Gerindra sangat digdaya, selain berhasil 3 orang kadenya menjadi Anggota DPR RI dan 14 orang kader menduduki kursi DPRD Propinsi Sumatera Barat. Bahkan dari 590 alokasi kursi DPRD Kabupaten/Kota se Sumatera Barat, Gerindra berhasil menguasai 97 kursi atau 16 persen lebih. Kader Gerindra menjadi Ketua DPRD Propinsi Sumatera Barat dan Ketua di 11 dari 19 DPRD Kabupaten/Kota.
Gerindra memiliki modal yang sangat kuat menuju ajang Pilgub Sumbar, yaitu kemenangan besar waktu Pileg dan Pilpres 2019 . Ditambah figur Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur yang mumpuni dengan slogan Sumbar Unggul.
Nasrul Abit adalah birokrat senior yang meniti karir mulai dari Wakil Bupati Pesisir Selatan dua periode; Bupati Pesisir Selatan dua periode dan saat ini sebagai Wakil Gubernur Sumbar.
Sementara itu, Calon Wakil Gubernur Indra Catri adalah seorang birokrat yang sangat berpengalaman, beberapa kali menjabat kepala dinas di Kota Padang. Selanjut menjadi Bupati Agam selama dua periode berturut, dan saat ini masih aktif sebagai Bupati.
Tetapi ternyata modal tersebut belum cukup untuk memenangi Pilgub Sumbar. Nasrul Abit - Indra Catri kalah dengan selisih diperkirakan lebih dari 2% atau sekitar 50 ribu suara.
Disatu sisi kekalahan pasangan Nasrul Abit - Indra Catri dari Mahyeldi - Audy Joinaldy yang diusung PKS dan PPP merupakan pembalasan atas kekalahan di Pemilihan Wagub DKI yang diderita PKS. Disisi lain, kekalahan di halaman depan rumah Gerindra sama seperti ketika Brazil dilibas Jerman 1 - 7 pada Semi Final Piala Dunia 2014.
Apakah ini efek Kasus Menteri KKP Eddy Prabowo? Sepertinya tidak karena di beberapa titik Gerindra berhasil memenangi Pilkada. Di Kota Bukittinggi, Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar, Pesisir Selatan dan Solok Selatan jagoan Gerindra menang.
Secara proporsional sebaran suara pemilih Gerindra cukup mengagetkan walau dibeberapa Daerah terlihat “wajar”. Di Kabupaten Pesisir Selatan (daerah asal Nasrul Abit) Pasangan Nasrul Abit – Indra Catri berhasil meraih 160 ribu suara atau 72% atau berkontribusi 25% terhadap total suara yang diperoleh pasangan ini. Di Kabupaten Solok Selatan pasangan Nasrul Abit – Indra Catri juga meraih suara terbanyak sejalan dengan kemenangan pasangan Bupati usungan Gerindra.
Tetapi mengagetkan ketika Pasangan Nasrul Abit – Indra Catri kalah di, Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar dan Kota Bukittinggi padahal Gerindra adalah penguasa di daerah tersebut dan dalam pilkada serentak 2020 ini berhasil memenangkan Calon Bupati/Walikota yang mereka usung.
Dan yang dramatik adalah kekalahan pasangan Nasrul Abit – Indra Catri di Kabupaten Agam. Pasangan Nasrul Abit – Indra Catri menempati urutan ketiga dengan hanya meraih 54 ribu suara atau kurang dari 10% terhadap kontribusi suara total yang diperoleh. Suara terbanyak didapat oleh Mahyeldi – Audy Joinaldy dengan 60 ribu suara, disusul Mulyadi – Ali Mukhni 56 ribu suara.
Padahal Kabupaten Agam adalah basis Gerindra, sewaktu Pileg 2019 dengan meraih 9 kursi (terbanyak) dari 45 kursi DPRD. Disamping itu merupakan daerah asal Calon Wagub Indra Catri yang merupakan Bupati Agam sejak tahun 2010.
Memang dalam Pilgub Sumbar 2020 ini Kabupaten Agam menjadi Gudang kandindat yaitu 4 peserta Pilgub (3 Calon Gubernur dan 1 Calon Wagub) berasal dari sini. Namun sebagai petahana Bupati 2 periode terakhir seharusnya Kabupaten Agam bisa dikuasai Pasangan Nasrul Abit – Indra Catri seperti halnya Kabupaten Pesisir Selatan. Jika itu terjadi maka Pasangan Pilihan Prabowo ini akan memenangi Pilgub Sumbar.
Tetapi, sudah lah. Pilkada serentak 2020 sudah selesai dan yang penting bagaimana menuju 2024 dimana ada Pilpres, Pileg, dan Pilkada serentak. Pertanyaannya, masihkah Sumatera Barat menjadi halaman depan Rumah Gerindra?
Setelah tertangkapnya Menteri KKP Eddy Prabowo oleh KPK, hasil Pilkada serentak di Sumatera Barat mungkin merupakan pukulan telak kedua yang diterima Prabowo Subianto. Dari 14 Pilkada, 11 daerah yang dikuasai Gerindra, tetapi hanya 4 yang berhasil dimenangkan.
Sepertinya Prabowo Subianto dan Gerindra harus berbenah sebelum menuju 2024. Kepemimpinan di tingkat pusat sangat berpengaruh sampai ke akar rumput. Posisi Prabowo Subianto sebagai “lawan” Joko Widodo pada Pilpres dan kemudian berubah menjadi “anak buah” Joko Widodo membuat “nafsu” pemilih Gerindra di Sumatera Barat berkurang. Kebijakan Prabowo Subianto sebagai Ketua Umum dalam mempersiapkan, memilih kader dan kandidat, serta membuat kebijakan partai dalam hubungannya dengan pilkada tidak begitu signifikan. Di beberapa titik Gerindra walau bisa mengusung pasangan calon tanpa koalisi malah tidak memilih kadernya untuak dicalonkan, sebaliknya yang diusung adalah kader partai lain.
Bagaimanapun juga seharusya sekuat apapun pukulan yang menerpa Prabowo Subianto itu tidak lantas membuat Gerindra loyo menuju 2024. Sebaliknya itu membuat Prabowo dan Gerindra semakin kuat! Semoga.
0 komentar:
Posting Komentar