Media publikasi tulisan-tulisan unik, menarik dan menginspirasi

Serial Si Mayua : Teragak Didemo


Kantor Walinagari terletak di selatan pasar. Di depannya membentang jalan raya penghubung antar jorong. Pada bagian belakangnya adalah hamparan sawah, di seberangnya terdapat hutan perkebunan milik warga yang cukup luas.

Sejak pagi Kantor Walinagari telah ramai dikepung pendemo yang ingin menemui Walinagari, Mayua. Tujuannya mendesak Walinagari agar membatalkan Perna Cilako yang dianggap sangat merugikan warga.

Namun Mayua takut menemui pendemo. Dia berniat ingin kabur meninggalkan Kantornya.

Agar tidak diketahui para pendemo saat melarikan diri, Mayua pergi melalui pintu belakang. Setelah membuka pintu, dengan langkah hati-hati dia mengendap-endap di pematang sawah, sesekali celingak-celinguk kiri kanan dan mengangkat kepala untuk mencigap di sela-sela dahan padi, demi memantau keadaan di sekitar.

Jika tampak orang atau pendemo, dia akan tiarap di pematang sawah itu, lalu merangkak untuk menjauh.

Setu jam berlalu Mayua sampai di ujung pematang. Disampingnya terdapat banda yang airnya jernih mengalir deras. Kemudian Mayua membersihkan pakaiannya yang telah kotor karena bergelimang lunau. Setelah bersih lalu melanjutkan pelariannya.

Dari tepi sawah dia berjalan kearah utara manuju hutan. Dia hendak pergi ke kawasan peternakan itik milik pemerintah nagari yang berada di tengah hutan .

Hutan itu berada diatas bukit. Untuk mencapainya harus melalui jalan menanjak yang cukup terjal. Setelah berhasil melewati jalan terjal, maka akan sampai di dataran yang sangat luas. Di dataran itu berdiri ratusan kandang itik yang berjejer lurus saling berhadapan. Inilah kawasan peternakan milik pemerintah nagari.

Dengan bersusah payah akhirnya Mayua berhasil sampai di puncak bukit. Kedatangannya disambut oleh keriuhan suara itik yang bergemuruh. Mendengar merdunya suara hewan itu hatinya senang. Rasa penat hilang. Semangatnya bangkit.

Mayua lalu berjalan menuju pondok untuk istirahat. Saat dia duduk di beranda pondok sembari minum air putih, tiba-tiba seekor itik mendekatinya seperti sedang menyambut kedatangannya. “Kwek. Kwek. kwek”. Mayua girang. Semua masalah seperti hilang di ingatan.

Setiap ada beban berat dan masalah yang pelik dalam memimpin pemerintahan, dia selalu datang kesini untuk menenangkan pikirannya.

Tengah asyik menikmati segarnya air putih dan sedapnya suara itik, sayup-sayup Mayua mendengar suara tindakan orang mengarah pondoknya, dari kejauhan juga terdengar teriak-teriakan orang dalam jumlah besar. Karena tidak ingin diketahui keberadaanya, namun penasaran dengan orang datang dan apa yang terjadi dari kejauhan, lalu dia memanjat pohon Pulai yang berada di depan pondok. Dari tempat yang tinggi dapatlah Mayua melihat ada dua orang laki-laki sedang menuju pondoknya. Sementara terdapat ratusan orang yang sedang berkumpul di bawah bukit.

Kedua orang itu seorang tinggi berdegap dan yang lain tinggi kurus, keduanya berusia kira-kira 35 tahun. Yang tinggi berdegap Mayua mengenalinya bernama Pian, yang kurus adalah Topik.

Terdengar Pian sedang berkata, “Pik, kira-kira kemana larinya Mayua itu?”

“saya yakin dia lari ke peternakan itik ini,” demikian jawab Topik. “tempat ini adalah tempat faforitnya jika ada masalah.”

Pian menenok pondok, “sepertinya kosong,” ia bergumam, setelah itu berjalan menuju pondok, kemudian menggeledahnya, “tidak ada orang!!,” teriaknya kepada Topik. Lalu dia duduk di beranda pondok. Topik menyusul dan duduk pula di sampingnya.

“seharusnya Mayua berani menemui pendemo itu. Orang senagari sudah tahu bahwa dia kangen di demo. Dan ini sebenarnya momen untuk membuktikan sesumbarnya dulu.” Tutur Topik sembari melinting rokok Panam Kuning. Rokok di bakar kemudian mengimbuhkan, “mungkin bisa jadi lantaran sesuatu hal, maka dia takut dan melarikan diri dari pendemo.”

“hal apa?” tanya Pian.

“mungkin dia kurang paham isi Perna itu, sehingga tidak mampu menjelaskannya kepada warga yang demo. Bisa jadi juga dia ditekan partai dan para elit pengusungnya. Barangkali pula Perna ini perjanjian antara Mayua dengan para donaturnya itu”.

“memang kalera Mayua itu. Masakah karena segelintir orang itu, dia berani menghianati warga yang mempercayainya. Coba kalau tidak mengingat hubungan dunsanak, sungguh aku ingin menempeleng mukanya bolak-balik,” demikian Pian marah-marah.

“apakah kita perlu mencarinya sampai ketemu dan menasehatinya agar bersedia mendengar aspirasi warga?” usul Topik.

“perlu!. Jika nanti dia tidak mau mendengar nasehat kita, kamu lampang saja dia sampai babak belur.”

“Baiklah, jika sudah begini tekadmu, marilah kita lanjutkan mencarinya.”

Begitulah kedua orang itu kembali ke rombongannya yang sedang menunggu dibawah bukit, lantas melanjutkan mencari Mayua.

Seperginya kedua orang itu, Mayua melompat kebawah, keluar dari persembunyiannya. Wajahnya menjadi pucat dan sebentar merah pula, gumamnya, “wadduh. Gawat ini. Bisa mati saya kalau sampai ditemukan oleh orang banyak itu”.

Mayua merasa serba salah bagai makan buah simalakama. Dia semakin bingung untuk memutuskan. Jika Perna ditolak, dia akan berhadapan dengan sponsor yang membiayainya. Dia menyadari, tanpa kucuran dana dari para toke, mustahil bisa seperti sekarang ini. Andaikan Perna tetap dilanjutkan, maka dia akan melawan warga yang telah memilihnya. Bagi Mayua, keduanya sama pentingnya. Keduanya harus dilaksanakan. Tapi itu mustahil.

Permintaan Toke sukar untuk dipenuhi, kemauan warga juga sulit untuk dijalankan. Kondisinya seperti terkunci di dalam toilet umum. Hendak keluar tak ada jalan, hendak bertahan tapi aroma cirik tak tertahankan busuknya. Jalan satu-satunya menghembuskan napas, lalu mencoba sekuat tenaga untuk tidak menghirup udara. Tapi bisa kuat berapa lama.

Mayua berfikir, untuk melanjutkan kekuasaannya, maka dia harus memilih salah satunya. Berdasarkan dua pilihan itu, setelah menginap-menungkan secara mendalam, akhirnya dia memilih opsi yang tekanannya lebih besar, yaitu penekan yang mampu menggulingkannya dari kursi kekuasaan.

Analisanya, apabila menuruti kehendak warga, maka dia akan berhadapan dengan Para Toke. Kelompok Toke ini jumlahnya memang sedikit, tetapi kekuatannya sangat besar. Dengan uangnya mereka bisa melakukan apa saja. Bahkan dapat menggerakkan Hansip dan Tantaha untuk berbalik arah melawannya. Ini berbahaya.

Jika mengabulkan permintaan Para Toke, tentu dia akan berhadapan dengan warga. Kelompok ini jumlahnya memang sangat banyak, tetapi kekuatannya tidak sekuat Para Toke. Mereka tidak mampu menggerakkan aparat nagari untuk m wwwelawannya. Kelompok ini hanya bisa protes dan berteriak-teriak dijalanan saja. Andaikan mereka ngotot melawan, pasti perlawanan itu akan mudah meredamnya dengan pendekatan kekerasan aparat. Ini bukan ancaman berarti.

Akhirnya, dengan pertimbangan itu, Mayua memutuskan pilihan kedua. Lalu dengan tersenyum dia menuruni bukit untuk kembali kekantonrya. Menjalankan rencananya. Rencana yang mungkin akan menumpahkan banyak darah.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Definition List

Unordered List

Support