Tidak semuanya kehidupan Rajo Sipatokah identik dengan kegelapan yang buruk. Banyak hal yang tidak diketahui atau disadari publik bahwa selain sisi gelap, Rajo Sipatokah juga memiliki sisi yang sangat gelap. Teramat kelam!
Sisi yang
teramat gelap itu lah yang akan kita ungkap satu per satu. Secara berkala kita
akan mengungkapnya dan kita beri judul serial kita ini dengan Rajo Sipatokah
Undercover.
Beberapa
hari yang lalu jagat politik Indonesia dihebohkan dengan Statemen Ketua Umum
Partai Demokrta, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang mengungkap adanya gerakan
politik yang mengarah pada upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat
secara paksa. Disebut dengan istilah Kudeta melalui Kongres Luar Biasa
mengganti Kepemimpinan AHY dengan Pihak lain. Pernyataan itu menggelinding jadi
isu hangat beberapa waktu. "Upaya Kudeta" diduga melibatkan Kepala
Staf Kepresidenan Moeldoko dan diduga telah mendapat restu dari "Pak
Lurah".
Mengikuti
gonjang ganjing itu saya teringat kejadian yang mirip, yang terjadi di era
Kepemimpinan Rajo Sipatokah.
Ceritanya
begini:
Di zaman
kepemimpinannya, Rajo Sipatokah sukses membuat semua posisi strategis diisi
oleh orang-orang kepercayaannya. Semua yang dianggap berjasa ketika proses
"Batagak Rajo" mendapat imbalan jabatan.
Tidak peduli
apakah orang cuma berjasa keringat atau cuma berjasa 1 suara. Sebaliknya yang
tidak se-kolam dengan Sipatokah akan dicopot dari jabatan dan diganti.
Setelah
berjalan 2 tahun, Sipatokah baru menyadari bahwa ada satu "Partai"
yang belum dikuasainya. Para petingginya
masih dijabat oleh orang-orang yang bukan se-kolam.
Saya sebut
Partai karena mekanisme proses pemilihan pengurusnya mirip Partai, yaitu
ditentukan suara terbanyak anggotanya. Mutlak, hanya itu proses yang harus
dilalui untuk mengganti pengurus.
Oke, agar
tidak membingungkan kita sebut saja "Partai" itu Bank Kerajaan.
Maka sama
halnya dengan isu Upaya Kudeta di Partai Demokrat, Sipatokah pun mengatur
siasat. Kepala Abdi Dalam Kerajaan ditugaskan untuk mengatur strategi melakukan
Kudeta atau perebutan kekuasaan pimpinan Bank Kerajaan.
Setelah
mendapatkan restu dan arahan dari Rajo Sipatokah, selanjutnya Kepala Abdi Dalem
membentuk tim kecil untuk melakukan lobi kepada para pemegang saham Bank
Kerajaan untuk melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa.
Setelah
berjalan beberapa waktu, upaya tersebut gagal. Hanya sebagian kecil pemegang
saham yang setuju RUPS Luar Biasa.
Kepala Abdi
Dalem mengambil langkah berikutnya, mengancam para pejabat Kerajaan yang
merangkap jabatan sebagai Komisaris pada Bank Kerajaan. Ancamannya, semua
pejabat yang menduduki jabatan sebagai Komisaris maupun Direksi pada Bank
Kerajaan disuruh mundur supaya Bank
Shutdown. Jika shutdown maka RUPS Luar biasa bisa dilakukan. Yang tidak
mau mundur akan dicopot jabatannya di kabinet Rajo Sipatokah.
Ternyata
Kepala Abdi dalam salah perhitungan. Pejabat yang disuruh mundur mengatakan
bahwa kalau ada beberapa Direksi atau Komisaris yang mundur, Bank tetap bisa
berjalan dibawah kendali Direksi yang ada.
Para pejabat
itu tidak jadi mundur dari jajaran direksi Bank Kerajaan. Kepala Abdi Dalem
terperangah.
Tetapi
diluar dugaan, ancaman dan tekanan yang dilakukan Kepala Abdi Dalem mampu
membuat mundur Direktur Utama Bank.
Meskipun
begitu Bank masih belum bisa dikuasai oleh Sipatokah karena secara otomatis
posisi Direktur Utama diisi oleh Wakil Dirut yang juga bukan orang Sipatokah.
Akhirnya,
langkah terakhir yang dilakukan Sipatokah adalah mengganti Direktur Utama
ketika yang bersangkutan sedang dalam cuti keagamaan.
Untuk
sementara Upaya yang dilakukan Kepala Abdi Dalam berhasil mengkudeta
Kepemimpinan di Bank Kerajaan. Rajo Sipatokah, Kepala Abdi Dalem dan beberapa
anggota timnya tercatat dalam sejarah sebagai orang yang sukses mengkudeta
kekuasaan di Bank Kerajaan.
Beberapa
bulan kemudian ketika RUPS ternyata orang-orang yang dikudeta Sipatokah
terpilih kembali memimpin Bank Kerajaan. Mayoritas para pemegang saham tidak
suka dengan Rajo Sipatokah, Kepala Abdi Dalem berserta antek-anteknya.
Bersambung....