Lihat lah dari Kelok 20, bandingkan dengan ketika berada di Kelok 37, lalu coba lihat dari Ambun Pagi, Ambun Tanai, Puncak Lawang, Bukik Sakura. Maninjau semakin membuat mata tak ingin melepas pandangan dari pesonanya.
Meninggalkan dan melepaskan pandangan dari Maninjau membuat rindu menusuk jantung. Seakan terpaksa berpisah dengan pujaan hati. Entah kapan akan bertemu lagi.
.......itu lukisan tentang indahnya Danau Maninjau
Berikutnya tentang lagu "Salah Manimbang" karya Sexri Budiman dinyanyikan Yandri Boy, yang menjadi "sountrack" video di atas.
Dalam sinetron atau film sering kita lihat adegan perpisahan antara sepasang kekasih. Perpisahan itu selalu dalam adegan yang dramatis. Walaupun masing-masing berkata rela dan ikhlas akan perpisahan itu, tetapi tidak dengan apa yang dirasakan hatinya.
Sering dalam sebuah adegan film digambarkan perpisahan Dramatis antara pasangan kekasih, Betapapun keduanya berusaha tegar dengan tersenyum, itu tidak mampu menutupi kesedihan yang dirasakannya. Bahasa tubuhnya berbeda dengan ekspresi wajah dan ucapannya.
Tampek baiyo babagi raso
Batenggang kama batenggang,
Di buhua bana putuihnyo cinto"
Begitu pula mungkin yang dirasakan dan harapan pasangannya,
Jan habih bana kasiah di hati,
Pailah adiak mambaok hati,
Jo doa suci denai iriangi,
Elok-eloklah uda balayia,
Untuang tatompang kapa nan gadang,
Ka tampek galak dapek di cari,
Kawan manangih jan sampai hilang,"
Orang Minang sangat jago dalam menyembunyikan apa yang dirasakannya, bermain dengan kata-kata dan kiasan. Namun itu tidak mampu menutupi bahasa tubuh, walaupun “dalam iyo baindakan’ tetapi bahasa tubuhnya terlihat “meng-iya-kan”.
Gestur adalah bahasa tubuh sebagai bentuk cara berkomunikasi menggantikan bahasa lisan. Gestur sering lebih jujur dari kata-kata. Sebagaimana Alam yang memberikan isyarat akan kondisi tertentu, dan banyak orang sangat paham membaca isyarat yang disampaikan oleh alam.
Gestur dan isyarat alam bukanlah sebuah kebetulan tetapi biasanya akan terlihat karena memang ada sebabnya. Betapapun kita mengatakan “tidak apa-apa”, jika saat itu hati kita sedang sedih maka dada kita akan terlihat berguncang menahannya. Semakin bersikeras kita mengatakan “tidak apa-apa” semakin keras guncangan itu.
Membohongi apa yang dirasakan akan memunculkan ketidaksesuaian antara bahasa tubuh dengan bahasa verbal.
Seribu kata - kata belum mampu mewakili sebuah rasa, mungkinkah kalimat ini dapat menjadi kesimpulan tulisan diatas..? entahlah, tentu sang penulis lah yang lebih paham asbabunnuzul dari sebuah tulisan itu 🙏🙏
BalasHapusBetul sekali, kata-kata belum tentu sama dengan yang dirasa. Kata-kata bisa dirangkai menjadi kalimat indah, namun bahasa tubuh sulit dikendalikan...
Hapus